Menanti Makassar Bersih Ala Kitakyushu

Monday 20 July 2009

Status metropolitan tak lepas dari persoalan sampah. Seperti yang dialami Kota Makassar.Sampah sudah menjadi “musuh bebuyutan”hingga akhirnya menggandeng Kota Kitakyushu dalam penanganan dan pengelolaan sampah.


DUA laki-laki yang didampingi seorang perempuan berkulit putih melangkah cepat menuju ruang kerja Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, Kamis (16/7). Sesampai di pintu, sejumlah pejabat langsung menyalami ketiga orang tersebut. Hampir tak sepatah kata pun terlontar.

Maklum, selain Ilham Arief Sirajuddin yang belum berada di ruangan,ketiga orang itu adalah utusan Pemerintah Kota (Pemkot) Kitakyushu, Jepang, yang tak bisa berbahasa Indonesia. Keheningan berangsur-angsur mencair seiring kehadiran Ilham di ruangan tersebut. Seorang perempuan berjilbab yang ditugasi sebagai translater sontak membuka pembicaraan dengan memperkenalkan ketiga orang tersebut. Dengan hidangan teh dan makanan tradisional, esensi pertemuan pun dimulai.

“Kami akan menyebarkan program penanganan dan pengelolaan sampah ke seluruh kota di Indonesia. Namun, kami memilih Makassar terlebih dahulu.Kami berharap kerja sama pemerintah dan masyarakat Makassar,” jelas salah seorang pria bernama Mayasa Nagaishi kepada Ilham Arief Sirajuddin. Mayasa Nagaishi adalah pejabat Pemkot Kitakyushu yang berencana membantu Kota Makassar dalam memerangi sampah,tapi menghasilkan uang dengan sistem pengomposan.
Mayasa Nagaishi yang didampingi Yousuke Mitoma sebagai salah satu lembaga swadaya asal Kitakyushu pun berbicara panjang lebar tentang upaya dan kerja keras Kitakyushu dalam memerangi sampah selama puluhan tahun.Pada 30 tahun lalu,Kitakyushu merupakan perkotaan yang sarat dengan limbah industri yang berdampak pada polusi,baik darat,udara,dan air. Beranjak dari kondisi tersebut, masyarakat setempat sadar akan lingkungan bersih. Bersama pemerintah dan pengusaha, Kitakyushu berupaya menata lingkungan hidup selama 30 tahun.

Keberhasilan kota di Jepang tersebut menjadi “jualan” bagi pemerintah setempat dalam membantu sejumlah kota di Indonesia untuk menyikapi problem sampah. Salah satunya bekerja sama dengan Kota Surabaya.Alhasil, kerja sama yang dilakukan sejak 2001 hingga 2006 itu dianggap berhasil dengan menggunakan metode “keranjang sakti”. Fakta tersebut membuat Pemkot Makassar pun tertarik menggandeng Kota Kitakyushu dalam penanganan dan pengelolaan sampah dengan menuangkan dalam MoU. Intinya, Kitakyushu hanya mendatangkan tenaga ahli.

Sebagai langkah awal,pihak Kitakyushu akan terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada masyarakat di beberapa kelurahan sebagai kawasan percontohan dengan mendatangkan Mr Takakura yang selama ini dikenal sebagai pencipta “keranjang sakti”. “Kami akan mendatangkan pembuat keranjang sakti, Mr Takakura, untuk memberikan motivasi kepada masyarakat dalam penanganan sampah hingga menghasilkan uang,”ujar Yousuke Mitoma.

Keranjang sakti Takakura adalah suatu alat pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga dengan bentuk yang praktis, bersih, dan tidak berbau sehingga sangat aman digunakan di rumah. Keranjang tersebut mampu mengolah sampah organik sangat baik. Keranjang Takakura dirancang untuk mengolah sampah organik di rumah tangga. Sampah organik setelah dipisahkan dari sampah lainnya, diolah dengan memasukkan sampah organik tersebut ke dalam keranjang sakti Takakura.

Bakteri yang terdapat dalam starter kit pada keranjang Takakura akan menguraikan sampah menjadi kompos, tanpa menimbulkan bau dan tidak mengeluarkan cairan. Kini Makassar menanti kehebatan keranjang sakti itu.Namun, kehebatan alat tersebut tak selamanya berhasil jika tak ditopang perubahan pola pikir masyarakat dalam menciptakan lingkungan bersih.

0 komentar:

 
© Copyright 2010-2011 I'Mpossible All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.