Berburu Sepeda Ontel Bekas Tapi Orisinil (1)

Sunday 28 December 2008


“Lalai Membeli, Bisa Berhubungan Dengan Polisi”

Sepeda ontel bekas bisa jadi bahan perburuan bagi kolektor barang antik. Saking larisnya, pun membuat para pebisnis sepeda bekas harus kewalahan mencari kendaraan yang ada sejak zaman penjajahan ini.

Dering ponsel baju Amiruddin, 40 sontak membuat aktivitasnya terhenti. Tangan kanannya lalu merogoh ponsel dari saku bajunya yang kusut. Percakapan pun dimulai sekitar tiga menit. “Ok, besok saya menuju ke Limbung,” pungkas Amiruddin mengakhiri pembicaraan.

“Biasa dek, ada orang yang mau menjual sepeda ontelnya,” kata Amiruddin kepada penulis, sore kemarin. Pria yang akrab disapa Amir ini adalah salah satu pedagang sepeda bekas di Jalan Cendrawasih, tepatnya di seputaran Stadion Andi Mattalatta. Dilokasi itulah, Amiruddin bersama pedagang lainnya menjajakan berbagai macam sepeda bekas, khususnya ontel.

Mencari sepeda ontel bekas, kata dia, sangatlah sulit untuk didapatkan disaat-saat sekarang ini. Untuk itu, dirinya harus ke daerah pelosok untuk mencari atau sekaligus menjemput sepeda tersebut. “Peminat sepeda ini memang banyak. Cuma, sangat sulit didapat. Makanya, besok saya mau ke Limbung, Kabupaten Gowa untuk melihat sepeda bekas yang mau di jual itu,” paparnya.

Lantaran langkanya sepeda itu, harganya pun cukup mahal. Dirinya memasang harga mulai dari Rp2 hingga 3 Juta per unit. “Yang paling mahal itu merek Gaselle. Meski bekas, tapi alatnya masih orisinil,” katanya.

Berbicara mengenai pembelian sepeda bekas, Amiruddin harus berhati-hati. Dirinya enggan divonis sebagai penadah barang sepeda curian. Maklum, selama ini jualan sepeda bekas dicap sebagai barang curian.

Suami yang memiliki dua istri ini mengaku telah bosan berhubungan dengan polisi akibat banyaknya sepeda yang hilang. Sepeda bekas yang dibeli, ternyata barang curian yang dijual oleh seseorang. “Lalai membeli, bisa berhubungan dengan polisi” keluhnya.
Pasca kejadian, Amiruddin tak mau lagi merugi. Dirinya lalu membuat ‘aturan main’ dalam membeli sepeda bekas untuk dijual. Bentuknya, dia tak lagi menunggu para penjual mendatangi lokasi jajanannya. Tetapi, dengan menjemput atau mendatangi rumah penjual tersebut.

Tak hanya sampai disitu, dirinya harus mengcross check keberadaan rumah orang tersebut dengan bertanya kepada tetangga yang berada disekitar rumah. Setelah itu, dia pun harus bertanya kepada orangtua dari penjual untuk mengetahui kepemilikan sepeda. “Kalau orangtuanya mengaku kalau sepada itu milik anaknya, maka sudah bisa dibeli tapi proses pembelian harus disaksikan RT/RW kelurahan setempat,” jelas Amir yang sudah berprofesi pedagang sepeda bekas ini sejak 15 tahun lalu.
Selain menjajakan sepeda ontel, Amiruddin juga menjajakan sepeda jenis lain. Jajanan sepeda tersebut untuk melengkapi dagangannya akibat susahnya mendapat sepeda ontel.

“Sepeda ontel kan sangat sulit mendapatkannya. Makanya, saya juga menjual sepeda untuk anak kecil hingga orang dewasa yang dibuat sejak tahun 90-an agar pembeli dapat memilih jenis sepeda,” papar Amir yang mengaku jumlah pembelian sepeda dagangannya seperti kurs rupiah yang fluktuatif.

Tapi, jangan salah. Profit yang didapatkan Amiruddin dari usaha tersebut mampu menyekolahkan anaknya hingga membeli dua unit rumah dikawasan Jalan Cendrawasih dan Kakatua. “Usaha ini tak saya lakukan dengan sendiri. Ini usaha lanjutan dari bos saya yang sudah meninggal. Sebab, bisnis sepeda yang saya lakoni awalnya dari nol seperti menjaga sepeda hingga menjadi bos,” pungkas Amir yang mengaku sejak kecil tidak pernah memiliki sepeda namun berakhir menjadi penjual sepeda.

0 komentar:

 
© Copyright 2010-2011 I'Mpossible All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.