Mengembalikan Kejayaan Makassar dengan Kearifan Lokal

Saturday 27 June 2009


Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.00 Wita, Ilham Arif Sirajuddin masih terlihat bugar. Sambutan hangat sang Wali Kota Makassar ini begitu terasa ketika rombongan Seputar Indonesia (SI)bertandang ke kediaman pribadinya di Komplek Puri Mutiara,Rabu (24/6).

Ilham sangat bersemangat ketika menjelaskan konsep Makassar Menuju Kota Dunia 2025.Sebuah cita-cita besar yang menurut suami Aliyah Mustika ini sangat mungkin digapai,apalagi melihat sejarah Makassar sebagai sentrum perniagaan abad 16.
Bagaimana pemikiran Ilham dalam menakhodai Makassar menuju harapan itu? Berikut sejumlah gagasan, konsep, dan semangat seorang Ilham Arif Sirajuddin menggapai harapan itu.

Makassar dicanangkan sebagai Kota Dunia 2025 dengan kearifan lokal.Apa yang melatar belakanginya?

Sejak abad ke-16, Makassar sudah menjadi Kota Dunia. Makassar ketika itu merupakan salah satu bandar terbesar di kawasan Asia Pasifik setelah Sunda Kelapa Jakarta,sebagai pusat perdagangan. Artinya, kalau kita kembali ke abad ke-16, Makassar ini sudah terkenal di seantero dunia.

Makanya, ada beberapa daerah seperti di Afrika dan Singapura, ada kampung Makassar. Itu yang akan kita angkat kembali. Lima tahun dalam perjalanan saya memimpin Kota Makassar, melihat bahwa Makassar ini memang sangat diuntungkan dengan letak geografisnya. Sehingga apa yang selama ini orang katakan Makassar sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia (KTI), sejak tahun 2004 saya sudah tidak pernah memakai itu lagi, tapi menjadi living room.

Maksudnya Makassar sebagai living room?

Makassar menjadi ruang keluarga bagi masyarakat Indonesia. Kenapa, kalau Makassar menjadi ruang keluarga, semua aktivitas orang dari timur akan bertumpu di Makassar. Bagaimana orang dari timur bisa bertumpu di Makassar, kita mencoba membangun apa yang menjadi kebutuhan masyarakat Makassar dan masyarakat Indonesia. Inilah selama ini yang menjadi daya tarik, perlahan-lahan apa yang ada di barat,kita tarik ke Makassar.Alhamdulillah,perlahan sudah bisa kita wujudkan

Langkah-langkah yang sudah dilakukan?

Regulasi menuju ke arah itu kita coba buat dengan berbagai fasilitas infrastruktur, tata kelola pemerintahan, kepastian hukum, jaminan kepada investor kita perbaiki yang menjadi daya tarik orang untuk ke Makassar. Dan alhamdulillah dalam empat tahun itu bisa terbukti dengan tumbuhnya investasi yang masuk ke Kota Makassar.

Yang dalam tiga tahun sejak 2006-2008, investasi yang tertanam di Kota Makassar, di luar investasi infrastruktur, swasta saja sekitar Rp10 triliun. Nah, Rp10 triliun ini yang kemudian masuk ke masyarakat yang menjadi salah satu penyangga KTI. Orang yang membutuhkan sesuatu yang dulunya selalu ke barat, sekarang tidak perlu lagi ke barat karena itu semua ada di Makassar. Itu dari sisi prospek bisnisnya.

Apa faktor yang melatarbelakangi munculnya ide Makassar menuju Kota Dunia?

Salah satu yang membuat saya berani mengambil visi misi Makassar menuju kota dunia dengan Kearifan lokalnya itu adalah dengan kehadiran Trans Studio yang menanamkan investasi Rp1,8 triliun. Ini yang saya anggap merupakan salah satu simbol mendunia. Akan menarik wisatawan dari luar ke Makassar.

Dalam bentuk apa, dengan kehadiran Trans Studio itu salah satu pusat permainan terbesar di Asia Tenggara ini yang akan menjadi magnetnya. Itu yang menjadi ide awal saya punya keberanian untuk mengumumkan bahwa pasti akan bisa menjadi simbol kota dunia.

Dalam hal investasi, apa yang dilakukan Pemkot Makassar dalam mendorong investasi untuk mendukung terciptanya Makassar sebagai Kota Dunia?

Empat tahun saya rasakan membuat ruang kepada pengusaha untuk berinvestasi, saya tidak menunggu. Saya menjemput bola. Bagaimana saya meyakinkan orang, dalam hal pelayanan kita memberikan kemudahan dan keringanan. Saya bisa memberikan rekomendasi kepada orang jika saya yakini mampu menanam investasi dalam jumlah besar, saya bisa memberikan rekomendasi tidak lebih dari 30 menit.

Dia masukkan surat,saya suruh menunggu, 30 menit kemudian saya beri rekomendasi dan bisa mengurus yang lain tanpa dipungut biaya yang lain. Jadi ada rasa kepuasan kepada mereka. Itu juga yang menjadi jualan yang disampaikan mereka kepada teman-teman yang punya jaringan bahwa seperti ini layanan yang kita dapatkan di Makassar.

Apakah itu tertuang dalam bentuk regulasi?

Tidak, tapi dalam salah satu peraturan daerah. Ada dalam salah satu klausul kewenangan wali kota untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat dalam bentuk keringanan. Kalau memang peruntukannya jelas, tidak perlu berbelit- belit.

Bagaimana konsep?

Konsep ini coba kita seminarkan dengan tema Makassar Menuju Kota Dunia 2025. Kira-kira dalam asumsi kita, 2025 Makassar akan menjadi Kota Dunia. Untuk itu kita juga harus meletakkan pondasinya sekarang. Pondasipondasi inilah yang akan kita dorong bahwa masyarakat Makassar tidak lagi bicara dalam konsep regional dalam konsep lokal,tapi sudah berada pada pikiran-pikiran yang lebih moderen.Makassar sebagai kota metropolitan. Suka atau tidak, Makassar sudah menjadi kota tujuan.

Bagaimana konsep transportasi pada 2025?

Kalau tahun 2025 masih ada becak menjadi simbol kota dunia, dia akan menjadi catatan sejarah yang tidak mesti hilang.Tapi akan menjadi sesuatu yang akan terus ada yang mengindikasikan bahwa tetap ada muatan-muatan lokal yang tetap tertanam dalam satu kota, tapi dalam kehidupan yang sudah moderen.

Sistem transportasi kita benahi, infrastruktur kita perbaiki, layanan publik yang ada kita coba lakukan pembenahan dengan cara pemanfaatan teknologi, penerapan IT, layanan publik seperti apa yang sudah diterapkan dalam negara-negara maju lainnya. Tetapi, muatan-muatan lokal yang tetap bisa menjadi magnit kita pertahankan.

Tidak serta merta ketika bicara dalam konteks dunia dengan segala moderenisasinya kemudian muatan lokal itu bergeser dengan situasi. Itu yang tidak kita inginkan.Memang ini butuh proses.Yang paling mendasar adalah merubah pola pikir dan perilaku masyarakat. Itu yang secara perlahan kita lakukan.Yang saya pikirkan untuk merubah pola pikir dan perilaku masyarakat di Kota Makassar, lalu tidak dilakukan proteksi terhadap populasi penduduk.

Pada 2025 populasi penduduk Makassar dengan luas kurang lebih 175 kilometer persegi ini tidak boleh melebihi dari 2,3 juta penduduk. Karena kapan melewati angka 2,3 juta, akan menjadi problem. Maka kita atur bagaimana tingkat pertumbuhan,bagaimana laju urbanisasi. Karena semakin berkembang kota ini, maka akan semakin banyak orang yang akan masuk.

Apakah akan menjadi penduduk tetap atau menjadi orang yang keluar masuk.Ini yang harus dijaga. Makanya, targetnya tahun 2010, masalah kependudukan atau administrasi kependudukan harus tuntas, sehingga mulai dari situ kita sudah bisa kawal.Dari semua itu dilandasi dari pemikiran bahwa untuk mengangkat kembali kejayaan Kota Makassar bukanlah perkara sulit karena kita punya sejarah masa lalu.

Apa upaya atau antisipasi untuk mengerem laju urbanisasi?

Makassar sangat punya kepentingan besar pada konsep Metro Mamminasata, kenapa karena luas Kota Makassar yang sangat terbatas pasti tidak bisa mampu menampung semua beban itu. Oleh karena itu, Pemkot Makassar sangat mendorong agar konsep Metro Mamminasata itu cepat terealisasi agar semua beban yang akan masuk ke Makassar bisa bergeser ke kota tetangga.

Tidak semua industri masuk Makassar. Kita berharap ada di Gowa, Takalar, Maros, sehingga ini akan menjadi bumper atau penyaring. Kalau orang hanya akan mencari pekerjaan, ada industri di Gowa, Takalar, Maros yang akan menjadi penyaring. Sehingga ini kita harapkan tidak harus semua di Makassar.

Ada stigma mengenai kondisi Makassar yang kurang aman dan nyaman. Bagaimana merubah stigma itu?

Itu juga menjadi tantangan di awal kepemimpan saya kemarin. Begitu besar,begitu berat saya harus menghadapi tantangan media terhadap publikasi yang diciptakan yang terkesan bahwa Makassar itu sebagai kota yang tidak aman dan nyaman.Kota yang penuh dengan aksi demonya dan sebagainya.

Yang saya lakukan adalah bagaimana saya menarik orang bahwa apa yang disampaikan dengan publikasi media itu ternyata juga didapatkan di daerah lain, tapi tidak terpublikasi. Sehingga saya harus meyakinkan kepada orang bahwa mereka harus datang ke Makassar dulu, dengan cara apa? Dengan beberapa kegiatan orang kita tarik dan ternyata berhasil diyakinkan bahwa mereka datang ke Makassar sampai tengah malam ternyata tidak sesuai yang mereka dapatkan seperti gambaran di media itu.

Alhamdulillah sekarang dengan pendekatan kepada media akhirnya sekarang sudah berkurang. Ini juga kita harapkan kondisi yang sudah kondusif yang seperti ini,aparat bisa mempertahankan. Saya juga berterima kasih kepada media. Untuk membangun Makassar dibutuhkan pemimpin yang siap untuk tidak populer. Dengan konsekuensi pasti akan terjadi resistensi terhadap pembangunan seperti yang terjadi dalam beberapa pembangunan di Makassar saat ini.

Dalam konteks ini,apakah Pak Wali juga siap?

Dari awal, saya sudah lakukan tindakan seperti itu.Tahun 2004 saya mengawali dengan melakukan penertiban bangunan liar yang ada di atas laut sepanjang Pantai Losari yang sekarang menjadi bangunan rusunawa. Saya ingat betul itu.Saya dicemooh,dikritik, rumah wali kota didemo, saya tidak ada urusan.Saya bilang karena yang ingin saya lakukan adalah sesuatu yang baik.

Makanya saya selalu bilang kepada masyarakat jangan selalu melihat sesuatu persoalan itu dalam pikiran yang pendek, tapi harus jauh ke depan. Waktu saya mau bangun rusunawa, saya didemo, tapi setelah selesai, yang demo sendiri yang paling duluan mau tinggal di situ. Anjungan Losari waktu mau dibangun,tiga bulan saya didemo. Mulai dari orang yang cerdas,mahasiswa, dan professor.

Akhirnya sekarang yang demo sudah menikmati Anjungan Pantai Losari. Karebosi juga seperti itu.Artinya itulah sesuatu yang harus dimiliki pemimpin daerah bahwa harus berani mengambil suatu tindakan yang betul-betul pada kepentingan jangka panjang.

0 komentar:

 
© Copyright 2010-2011 I'Mpossible All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.