Krisis Global, No. Krisis Listrik Yes!

Wednesday 7 October 2009


Pemadaman listrik yang dilakukan bergilir dalam dua pekan ini,sangat berdampak dalam pelayanan kepada masyarakat,misalnya pengurusan kartu tanda penduduk (KTP).


SELAIN masyarakat harus antre, lama pengurusan turut bertambah dua jam. Jarum jam menunjukkan pukul 10.00 Wita. Suasana Kantor Kec Tallo cukup riuh dan dipadati masyarakat setempat.Ada yang mengurus KTP dan sejumlah surat keterangan. Jejeran kursi yang disiapkan di teras kantor tak cukup. Bagi masyarakat yang tak kebagian tempat duduk,terpaksa harus berdiri. Biar teratur, para petugas di kecamatan pun menggunakan sistem antrean.

Di tengah sibuksibuknya pelayanan itu, tiba-tiba terdengar suara gaduh. Jejeran masyarakat yang berada di depan loket antrean pengurusan KTP tiba-tiba bubar dari barisan.“Maaf, pelayanan dihentikan karena mati lampu,”ucap salah seorang petugas kecamatan kepada masyarakat. Begitulah kondisi dalam dua pekan terakhir ini di instansi pelayanan publik di Makassar, lantaran pemadaman listrik.Masyarakat yang sudah antre berjam-jam, terpaksa harus sabar menunggu listrik kembali menyala.

Biasanya, masyarakat mengurus keperluan di kantor pelayanan sekitar 30 menit. Namun, sejak pemadaman listrik yang dilakukan PLN Sultanbatara minimal dua jam dalam sehari,masyarakat harus menunggu selama berjam-jam. ”Hampir semua kegiatan rutin pelayanan kepada masyarakat itu terhambat.Dampaknya sangat kurang bagus dan jelek.Kasihan masyarakat yang harus antre sejak pagi dan terpaksa harus menunggu listrik nyala,” papar Camat Tallo Gipping Lantara.

Selama ini kantor tersebut memang mengandalkan pasokan listrik PLN. Maklum, sejumlah kantor instansi pelayanan publik Kota Makassar belum memiliki genset. ”Kalau padam,pelayanan juga terhenti. Sebab, semua pengurusan seperti KTP, menggunakan sistem komputerisasi,”paparnya. Gipping bersama seluruh stafnya tak bisa berbuat apa-apa.Ketika listrik padam, pihaknya hanya bisa mendengar ocehan dan suara sumbang masyarakat akibat pemadaman bergilir. ”Bukan hanya antre, alat elektronik yang kami miliki bisa rusak kalau listriknya mati nyala dalam sehari.

Kinerja PLN kurang bagus,” tandasnya. Kondisi yang sama tak hanya di Kantor Kecamatan Tallo, melainkan di 14 kantor camat yang ada di Makassar. Maklum, pengurusan KTP dan surat keterangan tidak mampu diperoleh di kantor camat. ”Dampaknya luar biasa. Saat masyarakat menunggu giliran atau antre dan tiba-tiba mati lampu, ya terpaksa masyarakat harus menunggu lagi,”tandas Camat Panakkukang Bukti Jufri. Bukan itu saja, apabila listrik sudah menyala, masyarakat kembali harus menunggu.Sebab, petugas kecamatan harus kembali menghubungkan jaringan ke data pusat kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Discapil) Makassar.

”Masyarakat harus menunggu lagi karena harus connect dengan server pusat karena pembuatan KTP saat ini menggunakan sistem online,”ujarnya. Sementara itu, Camat Mamajang Kamaruddin Munde menilai bahwa pemadaman listrik kali ini sangat mengganggu pelayanan dalam rangka mendukung program IASmo Bebas tentang administrasi kependudukan.

”Kasihan kanmasyarakat yang antre dan berpanas-panasan. Saran kami,kalau mau mematikan listrik seharusnya pada jam-jam istirahat agar tidak mengganggu proses pelayanan.Kondisi ini tak bisa didiamkan. Bayangkan saja kalau masyarakat telat membayar listrik pasti didenda.Apa PLN juga mau didenda,”tandasnya.

Serasa Kembali Ke Zaman Batu

”Pemadaman listrik yang terjadi di Makassar seperti minum obat.Ya,karena tiga kali sehari,”ujar salah seorang karyawan tours and travel yang berkantor di Jalan Jampea.

BEGITULAH kata kiasan yang cukup akrab terdengar pada beberapa pekan ini berkaitan dengan pemadaman listrik bergilir.Dalam sehari, pemadaman berlangsung minimal tiga kali sehari.

Bagi pengusaha travel,pemadaman listrik ini sudah mengganggu administrasi dan operasional. ”Kalau terjadi pemadaman, kami tak bisa booking tiket dan tentunya operasional terhenti sama sekali,” papar seorang karyawan Tour & Travel Sena,Melly. Selain menghambat jalannya operasional, praktis akan mengalami penurunan keuntungan yang diperoleh setiap hari.Kendati demikian, dia mengaku sejauh ini travel tempatnya bekerja tidak pernah mengalami pemadaman pada jam-jam sibuk.

”Kalau di sini mungkin malam baru mendapat giliran.Tapi,temanteman saya yang bekerja di lokasi lain mendapat pemadaman pada jam sibuk.Ya, dampaknya mengganggu operasional,”papar perempuan berkulit putih ini. Salah seorang rekannya menambahkan, pemadaman kali ini memang jauh berbeda dengan tahun- tahun sebelumnya. Dalam sehari, dia mendapat giliran pemadaman di rumahnya hingga tujuh kali. ”Saya merasa kembali ke zaman batu,”tutur rekan kerja Melly ini.

Memang,pemadaman yang terjadi di Kota Makassar sudah menjadi keluhan di mata masyarakat. Mulai pengurusan KTP, surat keterangan, hingga para pengusaha kecil. Misalnya, para pedagang pasar malam yang berada di Jalan Rajawali. Berdasarkan pantauan Seputar Indonesia (SI), para pedagang dengan terpaksa bekerja demi “nyala asap dapur”,meski menggunakan sebatang lilin untuk menerangi jualan mereka. Sebatang lilin dianggap tak cukup. Sebab, pemadaman maksimal tiga jam untuk satu kali pemadaman dalam sehari.

Namun, nyala batang-batang lilin tak sebanding dengan nilai omzet yang didapatkan jika nyala listrik dalam kondisi normal pada malam hari. ”Biasanya kalau malam ramai kok. Tapi, karena listrik padam, pembeli pasti kurang.Orang keluar dalam kondisi gelap gulita,” kata salah seorang pedagang Pasar Rajawali,Dg Gassing. Senada dipaparkan para pengusaha yang bergerak dalam bidang jasa fotokopi seperti yang berada di lingkup Pemkot Makassar. Pengoperasian mesin pengganda itu tak bisa berjalan mulus akibat pemadaman listrik.Praktis,omzet pun turut anjlok.

”Kalau dinyalakan normal saat ini sangat berbahaya dan dapat merusak mesin. Karena itu, kami terpaksa menggunakan stafol untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman yang tak menentu,” ujar salah seorang petugas usaha fotokopi bernama Rima. Tidak hanya para pengusaha yang menjerit dengan kondisi yang terjadi saat ini. Arus transportasi menjadi kacau balau akibat traffic light tak berfungsi. Seperti yang terjadi di perempatan Jalan Sungai Saddang dan Veteran Utara. Para petugas kepolisian lalu lintas yang tak biasanya bertugas di lokasi itu, terpaksa diterjunkan untuk mengatur arus lalu lintas. Petugas lalu lintas memasang tanda larangan di perempatan jalan tersebut baik siang dan malam hari.

Para pengendara baik dari Jalan Sungai Saddang Lama dan Baru,harus memutar melalui median jalan yang berada di Jalan Veteran. Intinya, pengendara dilarang jalan lurus. Pengguna jalan pun harus mengendarai dengan hati-hati. Maklum, banyak galian kabel di ruas Jalan Veteran.Dengan kondisi yang gelap gulita pada malam hari,wajar saja bila ada ungkapan di masyarakat bahwa Kota Makassar serasa kembali ke zaman batu.

0 komentar:

 
© Copyright 2010-2011 I'Mpossible All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.