Ayo ke Sulawesi Selatan. Anda Tidak Menyesal!

Tuesday 10 July 2012

PEMERINTAH Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menetapkan lima kabupaten dan kota sebagai penyelenggara Tahun Kunjungan Sulawesi Selatan (Visit South Sulawesi) 2012.

Kelima daerah tersebut adalah Kota Makassar, Kabupaten Maros, Bulukumba, Wajo, dan Kabupaten Tanatoraja. Sedikitnya 12 kegiatan bertaraf internasional akan digelar di lima daerah tersebut selama berlangsungnya Tahun Kunjungan Sulsel 2012.

"Kita akan menampilkan berbagai atraksi yang cukup menarik bagi wisatawan mancanegara dan domestik sesuai potensi dan ciri khas daerah setempat, baik dalam bentuk seni dan budaya, maupun objek wisata unggulan daerah itu, "ujar Syuaib seperti dikutip dari Antara.

Syuaib menuturkan pemprov menetapkan lima daerah itu karena dinilai memiliki potensi dan objek wisata cukup menarik. Walaupun, lanjutnya, daerah lainnya juga punya keunggulan yang tidak kalah menarik.

Selain 12 kegiatan bertaraf internasional, pemerintah kabupaten dan kota di 24 daerah juga akan menggelar kegiatan budaya khas mereka masing-masing. Dengan demikan, tutur Syuaib, hal ini diharapkan menjadi tontonan menarik bagi wisatawan.

Di Kota Makassar, tujuan yang menarik dikunjungi yakni situs bersejarah Benteng Fort Rotterdam Fort, Benteng Somba Opu, makam Syech Yusuf, makam Pangeran Diponegoro, makam Raja Tallo, Monumen Mandala, Pantai Losari dan Pelabuhan Paotere untuk melihat perahu layar tradisional Phinisi.

Untuk wisata bahari, akan menawarkan pulau seperti Khayangan, Lae-Lae, Samalona, ​​Kodingareng, Barang Lompo, Barang Caddi, dan daerah resort seperti Pantai Akkarena Beach, Tanjung Bayam dan Tanjung Bunga.

Adapun untuk tujuan wisata religius, yakni Masjid Katangka tua, Masjid Raya Al Markaz Al Islami Masjid dan Museum La Galigo. "Hotel kami akan menyediakan tamu dengan hingga 5.000 kamar, belum lagi hostel untuk wisatawan anggaran dan pusat konvensi nasional, serta peristiwa internasional," kata Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin.

Sementara di Toraja, tentunya akan menyajikan budaya khas setempat. Misalnya rumah adat Tongkonan yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata "tongkonan" berasal dari bahasa Toraja tongkon ("duduk").

Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar.

Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah.

Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman.Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.

Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang dalam "masa tertidur".

Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.

Ada tiga cara pemakaman: Peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau di makam batu berukir, atau digantung di tebing. Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di beberapa daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu yang disebut tau tau biasanya diletakkan di gua dan menghadap ke luar.

Peti mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh.

Suku Toraja melakukan tarian dalam beberapa acara, kebanyakan dalam upacara penguburan. Mereka menari untuk menunjukkan rasa duka cita, dan untuk menghormati sekaligus menyemangati arwah almarhum karena sang arwah akan menjalani perjalanan panjang menuju akhirat. Pertama-tama, sekelompok pria membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu sepanjang malam untuk menghormati almarhum (ritual terseebut disebut Ma'badong).

Ritual tersebut dianggap sebagai komponen terpenting dalam upacara pemakaman. Pada hari kedua pemakaman, tarian prajurit Ma'randing ditampilkan untuk memuji keberanian almarhum semasa hidupnya. Beberapa orang pria melakukan tarian dengan pedang, prisai besar dari kulit kerbau, helm tanduk kerbau, dan berbagai ornamen lainnya. Tarian Ma'randing mengawali prosesi ketika jenazah dibawa dari lumbung padi menuju rante, tempat upacara pemakaman.

Selama upacara, para perempuan dewasa melakukan tarian Ma'katia sambil bernyanyi dan mengenakan kostum baju berbulu. Tarian Ma'akatia bertujuan untuk mengingatkan hadirin pada kemurahan hati dan kesetiaan almarhum. Setelah penyembelihan kerbau dan babi, sekelompok anak lelaki dan perempuan bertepuk tangan sambil melakukan tarian ceria yang disebut Ma'dondan.

Sementara di Maros sebagai salah satu lokasi pusat kegiatan Visit South Sulawesi 2012 akan mempromosikan wisata alam, sejarah, dan agro yang sedang dikembangkan. Menurut Bupati Maros Hatta Rahman, daerah yang dipimpinnya nya memiliki setidaknya 8 objek wisata alam dan kebanyakan dari mereka telah dikembangkan.

"Daya tarik wisata alam yang telah dikembangkan di kabupaten ini meliputi Bantimurung Air terjun, Gua Pattunuang Alam, air terjuan Bonto Somba, Lerang Pannige, Pantai Kuri, dan Cagar Alam Karaenta," kata Hatta Rahman.

Selain itu, Maros memiliki sejumlah situs wisata sejarah, seperti taman prasejarah Leang-Leang, Rammang-rammang, pemakaman Kassi Kebo, dan rumah tradisional Karaeng Loe Ripakere. (Diolah dari berbagai sumber)

0 komentar:

 
© Copyright 2010-2011 I'Mpossible All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.